rindu ramadhan

Aku Rindu Ramadhan

Seakan-akan aku melihat Ramadhan, lalu kusapa ia, “Hendak kemana dikau?”

Dengan lembut ia seakan-akan berkata, “Aku harus pergi, mungkin jauh dan sangat lama. Tolong sampaikan pesanku untuk setiap muslim:

“Sesungguhnya Syawaal telah tiba, salam dan terima kasihku untuknya karena telah menyambutku dengan suka cita. Aku tidak tahu apakah tahun depan ia masih bisa menyambutku lagi atau tidak? Jika tahun depan ia masih bisa menyambutku lagi maka aku berharap ia bisa menyambutku dengan lebih baik lagi, dengan penuh tilawah dan sholat malam.”

“Aku sangat sedih jika mengingat penyambutannya yang kurang berkenan di hatiku. Masih terlalu banyak canda, perkataan yang sia-sia serta waktu-waktu yang terbuang tanpa arti. Padahal ia tahu bahwa jika ia menyambutku dengan baik maka tentu aku akan menyambutnya dengan lebih baik lagi kelak di pintu Ar-Royyaan.”

“Akan tetapi semua sudah berlalu dan sudah terlanjur. Semoga setetes air mata yang pernah berlinang dari kedua matanya karena takut tidak bisa menyambutku dengan baik akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya.”

“Sampaikan pula kepadanya bahwa bukanlah lebaran yang hakiki adalah dengan hanya memakai baju baru, akan tetapi lebaran yang hakiki adalah bergembira dengan keimanan dan semangat baru dalam beribadah.”

“Janganlah sepeninggalku ia terjerumus kembali kepada kemaksiatan-kemaksiatan. Ingatlah sesungguhnya Tuhan yang ia sembah tatkala ia menjamu kedatanganku, Dialah Tuhan yang juga ia sembah tatkala aku pergi.”

Demikianlah pesanku kepadanya.

Sampaikan salamku kepadanya, semoga ia masih tetap terus merindukan kedatanganku di tahun-tahun mendatang.

Sampai ketemu di pintu Ar-Royyaan”

By: Ust. Firanda Andirja hafidzahullah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *