Anak Hanyalah Titipan, Bukan Wadah

Anakmu bukan milikmu.
Mereka adalah putra-putri Sang Hidup.
Yang rindu akan dirinya sendiri.

Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau.
Mereka ada padamu, tetapi bukan milikmu.

Berilah mereka kasih sayang,
Namun jangan berikan pemikiranmu.
Karena pada mereka ada alam pikiran sendiri.

Patut kau berikan rumah bagi raganya, namun tidak bagi jiwanya.

Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah besar masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam mimpi.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka, namun tidak boleh membuat mereka menyerupai engkau.

Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, ataupun tenggelam ke masa lalu.

Engkaulah busur tempat anakmu, anak panah hidup, melesat pergi.

— Kahlil Gibran

Tulisan dari Kahlil Gibran ini mengingatkan saya pada seseorang. Seseorang yang mengajari saya tidak dengan kata-kata, yang menyuruh tanpa perlu memerintah, yang membimbing tanpa pernah menggurui, yang tidak pernah memberi reward sebelum menghasilkan karya, yang selalu sabar, yang menjadikan kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, dan ia selalu mendukung di tiap keputusan yang saya ambil. Seseorang yang begitu demokrat. Membebaskan setiap jalan yang saya pilih, selama itu baik maka tidak akan pernah akan beliau halangi.

Itulah, Ayah.

Tuhan sungguh baik, terlalu baik malah. Tuhan mengirim kita pada suatu keluarga, yang mungkin waktu kecil kita sering dilarang ini itu, yang sebenarnya itu amat baik untuk kita.

Terkadang, mungkin kita perlu membuka kembali memori masa lalu kita. Mengingat yang baik-baik. Ingat! Yang baik-baik, bukan yang buruk.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *