Arti Kata Sontoloyo dan Bajingan

Bagi orang Jawa, sebagian besar pasti pernah mendengar kata sontoloyo dan bajingan. Mungkin bagi kebanyakan orang, dua kata ini memiliki arti kata negatif. Padahal arti sesungguhnya tidak demikian.

Makna suatu kata bisa jadi berbeda di tiap daerah. Bagi Sahabat yang berasal dari Jawa pasti sudah tidak asing lagi dengan kata ini. Namun bagi yang berasal dari luar Jawa, kebanyakan mungkin kurang begitu mengerti artinya sesungguhnya.Maka tidak salah apabila kita belajar memaknai arti sesungguhnya dari kata-kata ini.

Sontoloyo
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI, “SONTOLOYO” bermakna “Konyol, Tidak Beres, dan Bodoh“. Kata ini lebih sering dipakai sebagai kata makian. Padahal dalam bahasa Jawa, Sontoloyo adalah sebuah nama julukan atau profesi bagi seseorang yang biasa menggembala bebek. Dalam bahasa jawanya : “wong sing angon bebek“. Seorang sontoloyo biasanya menggunakan atribut kurang lebih begini:
– Memakai caping untuk melindungi diri dari panas terik maupun hujan.
– Membawa tongkat tipis tapi panjang dan diujung tongkat ada plastik atau apapun itu yang bentuknya seperti rumbai-rumbai yang melambai-lambai. Ini dimaksudkan untuk memudahkan menggiring bebek-bebek sampai tujuan dan tidak tercerai-berai.

Tugas dan tanggung jawab Sontoloyo
Sontoloyo harus bertanggungjawab atas semua bebek yang digembalakannya. Bentuk tanggungjawab ditunjukkan dengan bagaimana seorang sontoloyo itu mengarahkan bebek-bebeknya untuk dapat mencari makanan dan berkembang biak sebanyak-banyaknya. Dia mencarikan tempat yang terbaik bagi para bebek. Tempat dimana para bebek dapat makan dengan nyaman dan tidak terusik oleh siapapun.

Ketika menggiring para bebek, dia berada di belakang para bebek, atau dengan kata lain, sontoloyo itu selalu memperhatikan bebek yang berada paling belakang karena biasanya bebek yang jalannya lambat kalau tidak diawasi dengan baik, bebek yang suka jalan di belakang ini, bisa-bisa kabur atau bahkan mungkin dimakan ular sawah tanpa sepengetahuan si sontoloyo.

Seorang sontoloyo juga bertanggungjawab untuk memasukkan para bebek kembali ke kandang di malam hari. Bahkan kalau ada bebek yang kelihatan kurang sehat, maka sontoloyo akan bilang ke juragan bebek untuk minta uang dan beli obat. Kemudian bebek diobati, si sontoloyo pun berdoa semoga si bebek tidak apa-apa dan cepat sembuh.

Keesokan harinya, seorang Sontoloyo harus bersiap-siap untuk kembali menggembalakan para bebek yang sudah kelaparan. Tapi biasanya sebelum berangkat, sontoloyo memeriksa kandang dan biasanya memunguti telur bebek yang ditelurkan para bebek dalam semalam ini. Telur-telur itu di kumpulkan kemudian diserahkan ke juragan bebek yang kemudian sontoloyo akan mendapatkan bagian dari bagi hasil dengan juragan bebek selain upah yang diterimanya. Itulah yang namanya sontoloyo. Perihal kemudian istilah sontoloyo itu dijadikan ungkapan untuk memaki orang itu adalah merupakan perkembangan yang tentunya tidak ada hubungannya dengan tulisan ini.

Bajingan
Bajingan adalah sebuah istilah kata yang muncul di tanah Jawa untuk menunjuk seorang pengendara gerobak sapi. Lantas kenapa istilah bajingan kemudian bergeser menjadi sebuah kata makian? Padahal kata itu adalah merujuk sebuah profesi seseorang?

Dahulu kala pada tahun 1940 an, di daerah Banyumas sarana transportasi sangat sulit untuk ditemui. Masyarakat yang ingin berkegiatan di kota seperti berdagang, atau hanya mejeng biasanya menggunakan jasa gerobak sapi. Pada saat itu bajingan merupakan satu satunya alat transportasi yang bisa diandalkan oleh masyarakat pinggiran untuk membawa mereka ke kota, selain berjalan kaki tentunya.

Namun kedatangan bajingan ini tidak tentu ditempatnya, bisa siang hari, pagi hari, bahkan tengah malam. Karena ketidakpastian waktu tersebut, masyarakat yang ingin numpang gerobak sapi terpaksa jalan kaki jika tidak berjumpa bajingan.

Nah.. Karena itulah keluar kalimat sedikit sindiran atau umpatan seperti ini : “Bajingan suwe temen sih tekane!” (bahasa Jawa) yang artinya: “Bajingan lama banget sih datengnya”. Dari situ bajingan mengalami pergeseran makna menjadi kata umpatan.

Dahulu pun, umpatan bajingan hanya digunakan sebagai analogi atas keterlambatan sesuatu atau seseorang, misalnya “Sekang ngendi bae koe, suwe temen sih kaya bajingan” yang artinya: Darimana aja kamu, lama bener kayak bajingan. Namun pada masa sekarang, bajingan menjadi kata umpatan yang lebih umum dan tidak merujuk pada kekesalan mengenai keterlambatan atas sesuatu.

Kesimpulannya 
“SONTOLOYO” sejatinya adalah sebutan untuk “PENGGEMBALA BEBEK” atau orang-orang yang dengan setia menggiring bebek dari pagi sampai sore ke daerah perairan sekaligus mengumpulkan telur-telurnya.

BAJINGAN sendiri adalah sebutan bagi KUSIR GEROBAK (Pedati) yang ditarik oleh Lembu. Sebutan Bajingan tidak berlaku untuk gerobak/pedati/sado yang ditarik oleh kuda.

Menilik masing-masing arti kata tersebut jelas tidak ada hal yang salah atau buruk. Namun demikian karena SONTOLOYO dan BAJINGAN sudah menjadi idiom yang menggambarkan hal-hal negatif. Kedua komunitas itupun sekarang sudah tidak pernah lagi disebut demikian. Bahasa penyebutannya tidak lagi memiliki kekhasan kultural alias berlaku secara umum. Contohnya SONTOLOYO ya disebut Wong angon bebek.

Padahal komunitas asli SONTOLOYO dan BAJINGAN dalam arti seseungguhnya adalah orang-orang bersahaja yang bekerja menghabiskan tenaga serta waktu untuk menghidupi keluarganya tanpa pernah mengambil hak orang lain. Rasanya sangat tidak tepat bila menyebut PEMERKOSA atau PERAMPOK dengan sebutan BAJINGAN. Kasihan BAJINGAN aslinya.

Sumber: http://aspal-putih.blogspot.com/2013/03/inilah-makna-kata-sontoloyo-dan.html#ixzz2QQaQyxPh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *