handoko hendroyono do good thing

Bincang Kreatif “Do Good Thing” with Handoko Hendroyono dan Ayip Bali

Malam minggu identik dengan waktu untuk hangout dan bersenang-senang. Namun malam ini agak berbeda. Malam minggu ini adalah waktu untuk belajar dan berkarya. Belajar bersama Handoko Hendroyono dan Ayip Bali yang difasilitasi oleh Tangan Di Atas (TDA) Jogja. Bincang kreatif kali ini bertema Do Good Thing.

Sabtu, 06 April 2013 Komunitas Tangan Di Atas (TDA) Jogja kedatangan tamu yaitu Handoko Hendroyono dan Ayip Bali dari Kopi Kultur. Mas Handoko membicarakan tentang pentingnya brand di masa kini. Sedangkan Mas Ayip menginspirasi kita lewat perjuangannya bersama teman-temannya yang ingin membawa kopi sebagai komoditi yang memiliki bargaining power bagi bangsa. Tema malam ini adalah Do Good Thing.

Baca juga tentang:

Kopi Kultur di Bali
Kopi Kultur di Bali

Mas Ayip bicara banyak hal, mulai dari sejarah kopi di masa lalu di jaman kolonial. Berlanjut ke pentingnya kopi sebagai komoditi penting setelah minyak bumi. Ia juga mengemukakan tentang salah kaprahnya pandangan masyarakat mengenai kopi. Dan yang paling penting adalah bagaimana industri kopi instan malah meracuni kita lewat kopi-kopi “beracun” yang diiklankan secara masif di media.

Kopi yang benar tidak disajikan dengan tambahan gula. Kopi yang benar memiliki aroma seperti dark chocolate. Kopi yang benar dapat meningkatkan kesehatan. Kopi yang benar dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Tapi ingat, konsumsi kopi harus dalam batas kewajarannya. Karena tubuh kita didesain untuk tidak mengonsumsi sesuatu secara berlebihan. Begitu ungkap Ayip Bali.

Do Good Thing

Mas Ayip bersama teman-temannya berjuang mengembalikan kejayaan kopi dan “kebenaran” tentang kopi lewat usahanya yang bernama Kopi Kultur. Kopi Kultur bukan sembarang kopi. Kopi Kultur benar-benar memperhatikan bahwa setiap biji kopi yang diolah apakah sudah betul-betul ditanam secara benar, dirawat secara benar, dipetik secara benar, diproses secara benar, hingga diterima oleh tangan Kopi Kultur.

Biji kopi siap untuk digiling dan selanjutnya diseduh
Biji kopi siap untuk digiling dan selanjutnya diseduh

Kita seharusnya meniru perilaku Luwak yang memilih kopi yang sudah benar-benar matang. Kopi yang matang itulah yang diolah. Tidak seperti kopi industri, yang karena diberi target penjualan, maka kualitas bukan yang utama. Yang penting kopi laris, perusahaan untung, Konsumen mau sehat mau sakit tidak dipikirkan, petani mau untung atau rugi tidak dipikirkan. Inilah yang dinamakan kapitalisme.

Kapitalisme hanya memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri, orang lain mau untung atau rugi bukan urusan kami.

Berjualan produk seharusnya bukanlah mengejar keuntungan semata. Berjualan produk harus benar-benar memperhatikan bahwa produk yang kita jual ini memberikan nilai plus bagi pihak lain. Pihal lain yaitu supplier dalam hal ini petani, dan pihak customer dalam hal ini penikmat kopi. Kita sebagai pengolah/penjual harus memperhatikan bahwa produk yang kita jual tidak meracuni orang lain, tidak merugikan petani, dan tidak merusak alam.

Alam memberikan apa yang kita mau, maka kita pun harus mengembalikan apa yang menjadi hak bagi alam.

Brand Gardener

Mas Handoko, penulis buku Brand Gardener menjelaskan bagaimana pentingnya membangun sebuah brand lewat sebuah storytelling. Era digital seperti sekarang sudah bukan jamannya lagi “Ayo belilah produk kami, produk kami yang nomor 1”. Tidak, sudah bukan jamannya lagi. Sekarang adalah eranya storytelling.

Masyarakat sudah cerdas, “Memangnya kenapa kita harus membeli produk anda?”. Kita sebagai penjual harus cerdas bahwa masyarakat butuh sebuah alasan dibalik semua itu. Dan alasan itu dituangkan dalam storytelling. Namun, harus diingat, bahwa story telling tidak boleh mengandung unsur kebohongan. Sekali ketahuan, siap-siap saja collapse.

Sekali kebohongan itu dilempar ke orang lain, maka kita akan terus menutupi kebohongan tersebut dengan kebohongan-kebohongan yang lain. Sampai nanti pada batas waktunya, kebohongan tersebut akan runtuh.

Kekuatan story telling inilah yang bisa digunakan untuk melawan brand-brand besar di negeri ini. Bagaimana dominasi produk cemilan kripik industri pabrikan bisa dilawan oleh “Maicih”. Meskipun pada akhirnya Maicih pecah dan terbagi menjadi 2 kongsi. Dan masih banyak yang lain, entah itu dari produk konveksi, kuliner, wisata, dan sebagainya yang menggunakan kekuatan storytelling untuk menumbuhkan brand mereka.

Indonesia sebagai negara tropis yang juga negeri surga, karena hampir semua jenis tanaman bisa tumbuh di negeri ini, harusnya bisa menjadi negara mercusuar dunia. Ingat lho ya, Mercusuar, bukan Superpower. Karena mercusuar akan selalu menerangi, sedangkan superpower akan selalu menguasai. Founding father kita sudah mengatakannya dari dulu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *