Daripada menertawakan dosa orang lain lebih baik menangisi dosamu sendiri

Sudah seminggu sejak berita mengenai @1Srengenge alias Sithok Srengenge yang memperkosa seorang gadis muda, muncul ke media. Hingga hari ini pun, sudah ada sekitar 2 orang korban yang angkat bicara. Berita ini mengisi halaman media-media nasional, offline mauoun online.

Mas @1Srengenge adalah salah satu penulis idola saya, saya menyukai karya-karyanya. Meski kelakuannya kurang terpuji, saya tetap mendukung, semoga Tuhan mengampuninya.

Di twitter saya melihat fenomena menarik. Akun-akun dengan gambar 4 jari 1 jempol –entah apalah itu namanya, Rhabia atau apa, mereka menggugat dengan menjelek-jelekkan @1Srengenge. Disebut sebagai penjahat kelamin lah, penyair bejat lah, dan sebagainya. Miris.

Mungkin memang sudah menjadi kodrat. Bahwa ketika seseorang melihat dosa yang diperbuat oleh orang lain, maka ia akan tersenyum dalam hati. Nyinyir. Jijik. Ada yang menjelek-jelekkan dalam hati, ada yang mengumbarnya ke orang lain, lewat ucapan maupun tulisan. Sedikit yang mampu berpikir jernih dan menjadikannya pelajaran, tanpa harus mengumbar.

Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Dosa kecil yang diperbuat orang lain jelas sekali terlihat, dosa sebesar gunung pada diri sendiri tak diingat. Mengaku menjadi pendukung perjuangan muslim di negara lain, namun kelakuannya –dalam menjelek-jelekkan orang lain, tidak lebih baik.

Coba renungkan. Lebih banyak mana, dosa orang lain apa dosa dalam diri sendiri?

Coba renungkan. Daripada menertawakan dosa orang lain, bukankah lebih baik menangisi dosa diri sendiri?

=======
Tulisan ini ditulis dalam gemetar jari, karena saya sadari, saya pun tak lebih baik dari mereka yang menjelek-jelekkan nama Sithok Srengenge.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *