fenomena c3000 indonesia

Fenomena C3000 #1

Kamis, 04 Oktober 2012 saya baru saja membeli sebuah buku karya Yuswohadi dengan judul Consumer 3000. Buku ini berisikan cerita mengenai momentum #C3000. Apa itu #C3000? Dan apa itu fenomena C3000 yang terjadi di Indonesia ini?

Istilah fenomena C3000 atau dikenal dengan sekolompok masyarakat atau konsumen yang berasal dari kalangan menengah di Indonesia. Tahun 2011 lalu Indonesia sudah mengalami momentum ketika PDB per kapita menyentuh angka US$ 3000 dan akan semakin meningkat.

Baca juga artikel tentang:

Fenomena ini terjadi dan hampir pasti negara yang mengalaminya akan mendapatkan dampak positif mengenai pertumbuhan ekonomi yang positif.

Konsumen kelas menengah di Indonesia (pengeluaran US$ 2-20 per hari) telah mencapai 134 juta orang atau hampir 60% dari total penduduk Indonesia. Jumlah ini semakin bertambah setiap tahunnya. Kalau ditelisik lebih detail, jumlah ini adalah pangsa pasar yang sangat besar.

Salah satu ilustrasi coffee shop
Salah satu ilustrasi coffee shop

Kalangan kelas menengah di Indonesia lebih melek teknologi. Mereka terbiasa menggunakan facebook, twitter, blog, email, LINE dan berbagai program aplikasi yang tertanam di gawai canggih mereka. Mereka adalah masyarakat cerdas yang mampu memilih dan memilah mana yang baik untuk mereka dan mana yang tidak.

Kalangan kelas menengah ini biasanya terdiri dari para profesional muda yang telah memiliki pendapatan cukup. Cukup disini artinya mereka telah mampu mencukupi kebutuhan pribadi mereka dan mampu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung atau diinvestasikan ke bidang lain. Investasi tersebut dapat berupa waralaba, properti, tanah, membeli saham dan reksadana atau membuka usaha di daerah asal (bagi yang merantau).

Fenomena C3000 dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Restoran cepat saji seperti Mc’D, KFC, Starbuck, J’Co, dan berbagai restoran mewah sekarang tidak mewah lagi. Restoran yang dulunya wah sekrang jadi santapan sehari-hari.

Banyak orang mampu membeli mobil, namun jalan raya tidak bertambah, akhirnya jalan di Jakarta semakin macet. Banyak orang rela antre membeli gawai terbaru. Banyak orang mampu menonton konser Katty Pery. Banyak orang mampu liburan ke Karimunjawa, bahkan ke luar negeri.

Intinya daya beli masyarakat meningkat, si penjual produk pun mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Semua aspek perekonomian meningkat.

Fenomena ini juga saya lihat di Yogyakarta. Kota yang dijuluki kota pelajar dan mahasiswa. Dapat dilihat di mall-mall di Yogyakara hampir setiap hari ramai dikunjungi, terutama oleh kaum muda. Belum lagi warung-warung kopi, restoran ternama, dan lain sebagainya. Semuanya menunjukkan bahwa setiap orang mengalami fenomena ini.

Di pedesaan pun demikian. TV LCD, lemari es, antena parabola dapat ditemui di desa-desa. Setiap malam minggu, orang di pedesaan liburan ke kota, meski hanya sekedar main di alun-alun. Meski sederhana (hanya main ke alun-alun) mereka memiliki keinginan untuk refreshing. Beda dengan orang pedesaan jaman dahulu yang siangnya bekerja, malamnya full untuk istirahat. Mereka sekarang lebih mengerti dan memahami kebutuhan refreshing sebagai bentuk pemenuhan kebahagiaan.

Ada banyak tulisan yang ingin saya tulis. Mungkin sesi ini cukup sampai disini saja. Selamat melanjutkan aktivitas ya 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *