Hari Itu Sudah Semakin Dekat

Jum’at, 26 April 2013.

Pagi itu saya dikagetkan dengan berita tentang meninggalnya Ustad Jeffry Al Buchori. Ustad yang satu ini yang sering kita saksikan di layar kaca dengan tausiyahnya tidak akan pernah kita lihat lagi. Umurnya masih terbilang muda, 40 tahun. Jeffry Al Buchori memiliki nama populer Uje (lahir di Jakarta12 April 1973 – meninggal di Jakarta26 April 2013) adalah seorang pendakwah atau ustad yang tampil dengan mengemas bahasa dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda. Sehingga ustad Uje kerap juga dipanggil sebagai ustad gaul. Beberapa hari setelah ia merayakan ulang tahunnya yang ke-40, ia mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan Uje meninggal dunia di usia 40 tahun.

Pemberitaan mengenai kematian Uje langsung menyebar ke seluruh Indonesia. Dengar kabar, bahwa waktu salat jenazah begitu banyak yang menyalatkan. Belum lagi salah ghaib yang dilaksanakan oleh umat muslim di seluruh Indonesia setelah salat Jum’at. Hal ini menunjukkan betapa ia begitu dicintai oleh banyak orang. 

Dari televisi, internet, sosial media semua memperbincangkannya. Adapun di salah satu grup WhatsApp saya pun membicarakan hal ini. Terutama tentang kematian. Kematian tidak memandang siapapun. Entah itu orang yang baik budinya, maupun orang yang buruk budinya. Orang baik bisa mati cepat, bisa juga lama. Begitu juga orang yang buruk perangainya. Tidak ada standar mengenai kematian seseorang. Semua adalah rahasia dan misteri dari-Nya.

Khutbah salat Jum’at pun masih tentang kematian. Bahwasanya rahasia mengenai kematian adalah memang fitrah dari-Nya. Apabila kematian tidak dirahasiakan maka dunia ini akan kacau. Sudah tahu mati besok, ngapain harus pergi kerja, ngapain harus ngerjain ini itu, dan sebagainya. Kerahasiaan kematian memang sudah direncanakan secara tepat.

Berita Duka 

Sore hari saya dapat SMS dari salah seorang sahabat terbaik saya, Iftha namanya. Bahwasanya ibunya baru saja meninggal siangnya. Sahabat yang saya kenal sejak SMA itu adalah salah satu yang terbaik. Saya pun tahu betapa berita itu pasti membuatnya shock berat. Ibunya menderita sakit sejak 2 bulan yang lalu. 

Sekarang ini dialah yang berperan sebagai kakak bagi adik-adiknya, sekaligus Ibu bagi mereka. Yang mengurusi rumah tangga, dari A sampai Z. Sungguh dia adalah wanita terkuat yang saya kenal saat ini.

Kematian, adalah pasangan bagi sebuah kelahiran. Sama seperti perpisahan, adalah kekasih bagi sebuah pertemuan. Semua bermula dari tiada maka akan kembali kepada ketiadaan. Semua yang di dunia ini adalah titipan, maka seharusnya jangan salahkan Sang Penitip bila suatu saat titipan ini akan diambil. 

Kematian bagi saya adalah sesuatu yang harusnya disyukuri. Betapa tidak. Dengan kematian artinya seseorang sudah lepas dari yang namanya duniawi. Siap memetik apa yang ia tanam selama ini. Menantikan hari kebangkitan itu datang. Dan kita yang masih hidup harusnya belajar dari mereka yang sudah mendahului. Bahwa umur manusia tidak ada yang tahu. Umur manusia tidaklah lama. Bisa saja detik ini, ketika saya selesai menyelesaikan tulisan ini, atau ketika anda selesai membaca tulisan ini, malaikat bersiap mencabut nyawa dari kerongkongan. Sungguh. Kematian. Tiada yang tahu. Rahasia. 

Ya Alloh, jika memang sudah tiba waktuku mengakhiri hidup ini. Maka akhirilah. Tapi saya mohon, akhirilah ketika timbangan amal saya sudah berat di beban amal baik. Sebaliknya, jika beban amal buruk saya masih terlampau berat, maka berilah hambamu ini hidup lagi.

Saya tidak ingin menjadi makhluk-Mu yang merugi.

Atau, Ya Alloh.

Jika memang perang akhir zaman itu sudah dekat. Maka ijinkanlah saya mati disana. Mati dalam keadaan perang. Perang dalam menegakkan agama-Mu.

Ya Alloh. Saya yakin dalam penciptaan manusia itu tiada dalam kesia-siaan. Maka jangan matikan aku dalam kesia-siaan. Matikanlah aku dalam menegakkan agama-Mu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *