Hari Raya Nyepi – Tentang Sebuah Instropeksi dan Resolusi

Hari ini hari Nyepi. Kapan terakhir kamu menyepi? Kapan terakhir kamu menarik diri dari hiruk pikuk duniawi? Kapan terakhir berbicara pada diri sendiri, saya dari mana dan mau kemana?

12 Maret 2013 ini umat Hindu merayakan hari raya Nyepi. Hari dimana mereka benar-benar menarik diri dari gemerlap duniawi. Tujuannya untuk mendekatkan diri pada Yang Kuasa,  membersihkan diri dari dosa agar kehidupan di masa mendatang jauh lebih baik.

Di hari raya Nyepi, ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus dijalankan. Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” atau saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.

  • Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
  • Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.
  • Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri, sejenak merenung diri tentang segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin, hari ini dan yang akan datang.
  • Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Barata.

Mungkin bagi kita yang bukan umat Hindu bisa meniru mereka. Bukan dalam hal ritual agamanya, namun esensi yang terkandung dalam Nyepi itu sendiri. Makna Nyepi itu sendiri adalah manusia diajarkan untuk mawas diri, merenung sejenak dengan apa yang telah diperbuat, dan merencanakan kehidupan yang lebih baik di masa depan dengan tidak lupa untuk selalu bersyukur.

Sejatinya manusia ini awalnya dari mana sih dan tujuannya mau kemana. Tidak mungkin Tuhan menciptakan manusia tanpa tujuan. Tidak mungkin diciptakan ke dunia, hidup dengan rutinitas, lalu mati dengan biasa. Tidak mungkin seperti itu. Pasti ada “misi” dari-Nya yang ingin diselesaikan oleh kita. Apa misi tersebut? Kita mungkin bisa menemukannya dengan me-Nyepi.

Menyepi bisa dilakukan dengan banyak hal. Bisa dengan beribadah secara total. Bisa dengan mematikan alat komunikasi selama seharian penuh. Bisa dengan naik gunung. Bisa dengan berlibur ke pantai, atau kemanapun, ke tempat yang sepi.

Kadang kita perlu bertemu diri send iri. Berbincang dengannya. Bertanya banyak hal mengenai pengalaman masa lalunya, apa yang belum dicapai, apa yang diinginkannya di masa mendatang. Sudahkah kita bertemu dengan diri kita yang satu lagi?

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *