TDA Kampus Jogja

Hati-Hati, Jangan Terlalu Sering Ikut Seminar Gratisan!

Seminar gratisan. Siapa sih yang tidak mau? Namun, berhati-hatilah. Semakin sering kita mengikuti seminar gratisan, mental kita pun akan gitu-gitu saja.

Logikanya begini.

Seminar gratisan biasanya diikuti oleh mahasiswa, atau oleh orang yang kantongnya tipis. Iya. Soalnya, daripada susah-susah membeli tiket yang mahal, mending uangnya buat makan. Atau buat beli keperluan yang lain. Pemaparan saya disini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan seminar murahan atau seminar berkualitas. Tidak. Jangan disangkut-pautkan.

Karena sering ikut yang gratisan, maka kita menjadi tidak termotivasi untuk mencari uang lebih. Otak kita tidak biasa dipacu untuk, meminjam istilah orang komputer, di-overclocking, maka kualitasnya ya segitu-gitu aja. Tidak terbiasa diajak menyelesaikan masalah, tidak terbiasa diasah, maka menjadi tidak tajam. Tumpul.

Selain gratisan, ada hal lain yang juga tidak kalah bahayanya. Yaitu mental ekonomi. Naik bis ekonomi, kereta ekonomi, atau pesawat ekonomi. Kemana-mana naik kelas ekonomi. Tujuannya supaya irit. Secara jangka pendek memang iya, uang kita tidak terhambur. Penjelasan saya disini bukan untuk mengajarkan kita menghambur-hamburkan uang. Tidak. Jangan disangkut-pautkan.

Karena sering naik kelas-kelas yang ekonomi, maka orang-orang yang kita temui juga orang-orang kelas ekonomi. Memang benar, ada orang kaya yang naik kelas ekonomi, tapi itu bisa dihitung. Memang benar, ada orang berduit yang ikut seminar gratisan, tapi pasti bisa dihitung dengan jari.

Tahukah kalian, di luar sana, banyak orang-orang kaya yang bingung menginvestasikan uangnya. Entah itu karena sudah super sibuk, atau memang sudah terlalu kaya, sehingga bingung uang itu mau dikemanakan. Orang-orang berduit jarang, atau bahkan tidak akan pernah mau mengikuti seminar yang gratisan. Mereka pasti akan ikut seminar yang berbiaya mahal. Kenapa? Karena mereka sudah tahu kualitas. Istilah orang Jawa – ono rego ono rupo – ada harga, ada wujudnya, ada kualitasnya.

The law of attraction

Ya. Orang-orang kelas ekonomi akan berkumpul dengan orang kelas ekonomi. Orang-orang kaya juga akan berkumpul dengan orang kaya. Orang-orang yang punya impian, semangat dan pekerja keras juga akan berkumpul dengan orang yang se-mainstream. Itu sudah hukum alam. Orang kaya itu sangat menghargai waktu. Mereka tahu naik kereta ekonomi itu lelet, makanya naik kelas eksekutif. Orang kaya itu sangat menghargai pelayanan. Makanya mereka jarang naik Lion Air, mereka pasti naik Garuda.

Seminar gratisan, memang tidak salah. Namun sekali-kali kita juga perlu mengikuti seminar yang berbayar. Kalau bisa malah yang super mahal. Naik bis ekonomi, kereta ekonomi, atau pesawat ekonomi juga tidak salah. Tapi harus dibiasakan naik yang kelas bisnis, lebih bagus lagi yang kelas eksekutif. Disana kita akan bertemu orang-orang kelas eksekutif. Orang-orang kaya yang bingung membelanjakan uangnya. Orang-orang yang pemikirannya jauh lebih baik dari orang-orang kelas ekonomi.

Dan kalau beruntung. Kita bisa berkenalan dengan mereka. Mendapatkan kartu namanya. Menjelaskan kita ini siapa. Berasal dari mana. Dan punya impian apa. Siapa tahu mereka terkesan. Tertarik dengan impian kita. Lalu membiayai kuliah kita (bagi yang masih SMA), atau malah menjadi investor bisnis kita (bagi mereka yang berbisnis).

So, untuk kamu yang sedang memulai bisnis. Kamu yang punya visi misi besar. Dengan siapakah kamu bergaul saat ini? Orang kelas ekonomi, atau orang kelas eksekutif?

Jangan melulu naik Lion Air, naiklah Garuda. Jangan naik kereta Gaya Baru Malam, naiklah Argobromo. Kalau ingin naik kelas, maka bergaulah dengan orang-orang berkelas. Tirulah kebiasaan orang-orang berkelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *