Mahasiswa dan kuliahnya …

Mahasiswa dan kuliahnya
Mahasiswa dan kuliahnya

Mahasiswa sekarang itu kasihan. Tidak ada bedanya mereka dengan anak SD, SMP, dan SMA. Diwajibkan masuk kelas jam segini, keluar jam segini. Dipaksa membawa buku-buku tebal. Dipaksa menerima teori yang dibawakan dosen. Kalau berbeda pendapat dengan dosen, siap-siap saja ga lulus mata kuliah tersebut. Kebebasan untuk berekspresi ternyata masih menjadi hal tabu, terutama untuk para dosen-dosen konvensional.

Hasil diskusi tadi malam waktu kopdar #SRUDUKFOLLOW area Mataram (Jogja-Solo), saya bisa mengakui bahwa mahasiswa kuliah karena hanya ingin dapat nilai bagus, lulus cepat, dan harapannya mereka bisa kerja di perusahaan besar (tambang lah, oil company lah, dll). Mereka yang memilih jalan seperti itu sebenarnya tidak salah, namun sayang sekali, kuliah mahal-mahal tapi hanya belajar di kelas. Saya anggap mereka apatis alias tidak kurang peduli terhadap lingkungannya. Ya meskipun masih ada si yang peduli, meski cuma segelintir. Yang merasa dirinya peduli pun sebenarnya hanya mementingkan dirinya sendiri. Berdalih masuk organisasi kemahasiswaan namun nyatanya ia hanya menumpang nama biar dapat sertifikat, biar nanti kalau nglamar kerja gampang keterimanya, begitu katanya. Hahaha.. saya hanya tertawa dalam hati. Saya pun tidak merasa diri saya sempurna waktu saya masuk OK dulu, saya punya sisi egois, dan sangat besar ketika itu.

Proses belajar mahasiswa yang hanya di kelas, hanya mengikuti kuliah harusnya diimbangi dengan kegiatan lain di luar yang dapat mengasah kemampuan mereka. Mengikuti komunitas, mengikuti kegiatan kemanusiaan, dan lain sebagainya. Itu semua agar rasa empati kita kepada orang lain dapat terjaga.

Belajar di kampus memang penting, tetapi belajar di luar kampus jauh lebih penting

Kampus bukanlah tempat untuk mengajarkan dogma dan doktrin masa lampau, kampus adalah sarana belajar. Belajar mencari, menemukan, membuktikan sebuah teori. Bila seorang dosen masih saja tidak mau menerima pendapat kita yang memang seyogyanya benar, maka tidaklah pantas ia menjadi seorang dosen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *