Pengalaman Menjadi TKI Selama 4 Tahun

Pekerjaan menjadi TKI biasanya dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Tidak banyak orang yang bercita-cita menjadi TKI. Lebih banyak orang yang memilih bekerja di dalam negeri dan dekat dengan keluarga. Begitu juga dengan saya sebenarnya. Kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman menjadi TKI selama 4 tahun di 2 negara.

Saya menjadi TKI di sebuah pabrik mie instan karena memang saya melamar kerja untuk posisi ini. Waktu itu saya mendaftar lewat perusahaan yang merupakan grup dari Salim Grup. Salim Grup sendiri adalah grup yang membawahi Indofood, Bogasari, Indomilk, dll. Nama perusahaan tempat saya mendaftar bernama PT Bahana Inovasi Adikarya. Teman-teman biasa menyebutnya sebagai BIA.

bersama teman teman di mesir
Berfoto bersama teman-teman di Mesir

BIA adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang IT. BIA melayani jasa instalasi, perpanjangan, serta support untuk program aplikasi Microsoft Dynamic Navision dan program aplikasi distribusi MARS. Pada tahun 2014 saya bergabung dengan BIA untuk posisi Management Trainee Manufacturing. Karena BIA adalah bagian dari Salim Grup, dan Salim Grup memiliki usaha di luar negeri, maka program MT yang saya jalani ini adalah MT untuk penempatan di luar negeri.

Saya pertama kali bergabung dengan Bahana Inovasi Adikarya (BIA) pada Juni 2014. Saya adalah MT Manufacturing Angkatan 1. Ada juga MT lain, yaitu bidang Business Analyst, Marketing, dan IT Support. Sebelum saya bergabung, sudah banyak yang dikirim ke luar negeri untuk menangani project IT, khususnya di kawasan Middle East dan North Africa (MENA). Ada beberapa teman juga yang sudah dikirim ke Timor Leste.

Jpeg
Menjadi MT artinya harus siap bekerja apapun

 

Pengalaman Menjadi MT

Saya menjadi MT selama kurang lebih 6 bulan. Karena nantinya saya akan ditempatkan di perusahaan mie instan, maka saya belajar tentang mie instan. Khususnya pada bagian proses produksi pembuatan mie yaitu di Departemen Produksi. Departemen lain seperti Departemen QC, Warehouse, Teknik juga saya pelajari, namun tidak terlalu mendalam.

Departemen Produksi adalah ujung tombak sebuah perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Apalagi perusahaan makanan khususnya mie instan. Jangan sampai produk yang dihasilkan ini merupakan produk tidak layak makan. Haram hukumnya bagi sebuah perusahaan makanan dan minuman apabila pelanggannya mendadak sakit setelah mengonsumsi produk kita.

Program MT ditutup dengan wawancara keilmuan dan bahasa Inggris. Selain pengetahuan soal mie, kita juga ditanya tentang kemampuan bahasa Inggris kita. Karena nantinya saya ditempatkan di luar negeri, khususnya ke Timur Tengah, bahasa Arab adalah nilai plus tersendiri.

Sebelum keberangkatan menuju Mesir, kami diberikan waktu selama 2 minggu untuk pelatihan bahasa Arab. Waktu itu saya diajari oleh seorang alumni kampus International University of Africa, Khartoum, Sudan. Pengalaman membaca Al Quran sedari kecil adalah modal untuk mempelajari bahasa Arab lebih lanjut. Belajar menjadi lebih mudah dan cepat.

Terbang menggunakan penerbangan internasional juga merupakan pengalaman yang tak mungkin terlupakan. Saya pergi meninggalkan tanah air, bertemu dengan orang-orang baru dengan bahasa baru yang jarang saya dengar setiap hari. Sempat mengalami shock juga, tapi lama-lama jadi biasa.

Jpeg
Kegiatan selama menjadi MT

Pengalaman Menjadi TKI

Ada banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari menjadi TKI ini.

  1. Menjadi TKI menurut saya membutuhkan ketabahan hati. Pulang hanya setahun sekali. Itu pun hanya bertahan 3 minggu di tanah air. Setelah itu harus berangkat lagi. Di luar sana, ada yang lebih tabah daripada saya. Ada teman yang baru pulang 2 kali selama 9 tahun menjadi TKI. Saya tidak bisa bayangkan, saya punya anak istri di tanah air dan baru bertemu dua kali.
  2. Hidup lebih prihatin. Makan seadanya. Makan tempe harus pre order dulu, harganya pun mahal. Mau makan enak, macam ayam penyet, peyek, bahkan bakso hanya ada di hari Jumat. Mungkin cerita ini akan berbeda apabila menjadi TKI di Saudi Arabia, Hongkong, atau Taiwan. Di sana banyak TKI yang juga nyambi buka restoran. Di negara lain, sangat susah. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri, makan roti dan salad.
  3. Hidup jadi lebih banyak syukurnya, dibanding mengeluhnya. Bersyukur karena masih bisa bekerja. Bersyukur karena bisa menyisihkan uang untuk keluarga. Banyak keterbatasan tinggal dan hidup di luar negeri, namun jauh lebih banyak syukur yang bisa kita ucap setiap hari.
  4. Satu hal yang bisa dinikmati menurut saya adalah jalan-jalan. Saya tinggal di Egypt selama 2 tahun. Banyak tempat yang sudah saya kunjungi. Menyusuri kota Cairo hinggat tamat, Alexandria, mendaki gunung Jabal Musa di Sinai, berenang di Dahab, naik kereta api dan mengunjungi makam dan kuil firaun di Luxor dan Aswan. Semua itu kalau dinilai dalam bentuk uang, entah kapan saya bisa berkunjung ke sana.
  5. Belajar hidup dari orang negara lain. Di sini kita belajar bahwa memang budaya tiap orang berbeda-beda. Banyak hal baik yang bisa kita ambil. Menunaikan ibadah secara tepat waktu. Menghormati orang lain yang lebih tua. Serta banyak mendoakan orang lain.
  6. Ada kalanya kita diremehkan, ada kalanya pula kita diakui. Memang tinggal di luar negeri harus siap dua-duanya. Siap diberi apresiasi, harus siap pula diremehkan. Semua kembali ke kita. Mau ambil nilai positifnya atau tidak.
  7. TKI adalah duta Indonesia di luar negeri. Kita harus tunjukan hal-hal baik kepada orang di luar negeri. Budaya Indonesia yang tidak boleh hilang di luar negeri antara lain murah senyum, cepat berinisiatif, ringan tangan, gemar membantu, dan suka belajar. Hal-hal baik tersebut harus tunjukan kepada orang lokal. Sebagai seorang TKI, mereka melihat kita sebagai orang Indonesia. Bila kita baik, mereka akan berpikir bahwa seluruh Indonesia itu baik. Apabila kita berbuat buruk, maka yang diingat oleh mereka adalah kita asalnya dari mana.

Buat teman-teman yang ingin mencoba merantau ke luar negeri. Baik itu menjadi TKI di pabrik, di pelayaran, di hotel, atau di berbagai bidang pekerjaan lainnya, harus tetap berhati-hati. Persiapkan diri kita baik-baik. Di luar negeri kita tidak punya siapa-siapa. Kita bisa saja menemukan teman baik di luar negeri, namun kehati-hatian harus kita yang jaga.

dahab i'm in love
Bersiap untuk menikmati indahnya laut di Dahab, Sinai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *