Sepeda Motor Lewat Trotoar, Masa Iya Pejalan Kaki Musti Lewat Gorong-gorong

Tulisan saya kali ini ingin sedikit protes mengenai ketidaknyamanan ketika berjalan kaki di trotoar di Yogyakarta. Yogyakarta semakin hari semakin kurang menunjukkan keramahtamahannya. Berdasar pengamatan saya, yang tidak ramah tamah itu para pendatang (mahasiswa luar daerah, pelancong dalam dan luar negeri, dsb), kalau penduduk asli kebanyakan masih ramah.

Kejadian motor lewat jalan di trotoar biasanya terjadi ketika jalanan macet. Beberapa titik rawan macet di Yogyakarta yaitu di depan Hotel Saphire, depan Ambarukmo Plaza, Kawasan Malioboro, Jalan Gejayan (perempatan Condongcatur), Jalan Gejayan (Pasar Demangan, Perempatan Mirota Kampus UGM, Kawasan Jalan Seturan dan lain sebagainya. Peristiwa motor lewat trotoar ini saya alami ketika kemarin bersepeda santai di kitaran Jalan Gejayan. Waktu itu memang sore hari, bisa dibilang jam pulang kerja, pulang kuliah dan pulang sekolah. Beberapa motor nekat naik ke trotoar dan beberapa orang yang sedang berjalan kaki pun harus mengalah daripada tertabrak sepeda motor. (Maaf no picture, karena waktu itu handphone lowbat).

Yang disesalkan kenapa si para pengendara harus nekat naik ke trotoar. Apa iya, tidak bisa bersabar sejenak sampai pengendara di depan melaju. Masa iya, kami para pesepeda dan para pejalan kaki harus lewat gorong-gorong/selokan agar aman dari perilaku kalian para pesepeda motor yang berjalan melewati trotoar?

Saya harap, Pemprov DIY bisa memberikan prioritas bagi kenyamanan para pejalan kaki. Jalur sepeda memang sudah ada, namun jalur pejalan kaki belum ada. Jalur pejalan kaki hanya terbatas di sekitaran Malioboro dan sekitarnya. Di tempat lain? Ga ada. Padahal trotoar dan kenyamanan berjalan kaki dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Bagi mereka, bila pejalan kaki saja tidak diperhatikan, apalagi hal yang lain. Begitulah…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *