Skripsi: Sebuah Perjalanan Spiritual

Pagi adalah sesuatu waktu yang perawan dan fresh untuk menulis. Pikiran masih segar, belum teracuni oleh kesibukan-kesibukan yang membuat pikiran menjadi lelah. Maka saya memilih untuk menulis di pagi hari. Skripsi juga baiknya dikerjakan waktu pagi loh.

Judul ini saya tulis, karena saya merasa ketika mengerjakan skripsi kita betul-betul dekat sekali dengan Tuhan. Betapa tidak, seharian kita berada di kamar. Keluar hanya untuk makan dan BAB. Sesekali ambil wudhu dan ke masjid untuk sholat, lalu balik ke kamar lagi. Benar-benar waktu hanya milikku dan milik-Nya berdua. 

Skripsi membuat kita menjadi semakin rajin berdoa. Meminta kemudahan agar dosen pembimbing tidak memberikan tambahan variasi yang aneh-aneh, meminta kemudahan agar data penelitian mudah diperoleh, kemudahan agar nanti dimudahkan ketika seminar/presentasi, dan kemudahan-kemudahan yang lain.

Namun sepertinya Tuhan berkata lain, doa yang kita minta, berbanding terbalik di alam nyata. Cobaan semakin banyak. Saya sih mengambil hikmahnya. Satu pelajaran yang saya ambil, Tuhan tidak suka melihat orang yang bermental pengemis, yaitu mereka yang merengek dikasihani. Tuhan lebih suka orang yang bermental ksatria. Mereka yang tidak mengeluh dan bisa memberikan motivasi pada diri sendiri. 

Saya pernah membaca tulisan di suatu tempat bahwa, Tuhan tidak suka dengan doa yang berbunyi begini “Tuhan, mudahkanlah segala urusanku, ringankanlah cobaanku, dan lemahkanlah lawanku“. Tuhan tidak suka dengan doa seperti itu. Tuhan lebih suka dengan doa “Tuhan, berilah aku kekuatan untuk lepas dari cobaan ini. Saya yakin bahwa tujuanmu memberikan cobaan ini adalah agar saya semakin kuat“. Mana yang lebih bermakna positif? Anda pasti tahu.

Sebuah perjalanan spiritual biasanya dimulai ketika seseorang mengalami suatu kejadian yang penting dalam hidupnya. Ketika orang yang disayangi pergi/meninggal, kejadian yang nyaris membahayakan nyawa kita sendiri, atau ketika sakit hati melana, biasanya kita akan merasa menjadi manusia yang berada di dasar jurang. Tidak ada siapapun yang mampu membantu kita. Kita sudah bercerita kepada siapapun tentang masalah yang kita hadapi ini, namun semuanya tidak memberikan kepuasan batin. Akhirnya, hanya kepada Tuhanlah kita akan mampu menemukan ketenangan. Ingatlah firman Alloh berikut: 

Ingatlah, dengan berdzikir kepada Allah hati akan tenang” (Q.S. 13:28)

Ayat tersebut sudah memberikan gambaran, bahwa ketenangan bukanlah dengan dicari di luar sana. Ketenangan dapat diperoleh dengan merenung dan yakin bahwa hanya Dia yang mampu melepaskan segala masalahmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *