Tahun Baru: Mari Instropeksi Diri

Image

Sebenarnya masalah tahun baru hanyalah masalah tanggal yang berganti dan bertambah angkanya. Sebenarnya bukan masalah tahun barunya, tetapi masalah yang ada adalah apakah kita selalu “baru” pada saat pergantian tahun. Apakah kita selalu memperbaiki diri di tahun yang baru? Lebih real-nya, apakah setiap kali kita bangun tidur kita selalu menjadi baru, menjadi lebih baik, menjadi lebih bersemangat, dan menjadi lebih bermanfaat bagi diri maupun sesama.

Di awal 2012 kemarin mungkin kita sudah menargetkan berbagai macam tujuan atau cita yang ingin kita capai. Ada yang berhasil, ada yang gagal, ada pula yang mungkin masih dalam proses. Ada yang bisa berhasil sesuai target, ada pula yang hasilnya di bawah target. Mengapa ada yang berhasil, dan mengapa ada yang gagal, itu mungkin yang perlu kita evaluasi. Hal apa yang menjadikan itu gagal, harus kita tulis agar di tahun depan tidak terjadi lagi.

Malam tahun baru akan pantas dirayakan apabila target yang kita bidik di tahun lalu berhasil secara sempurna. Namun, apabila ada 1 target yang tidak berhasil sesuai yang ditargetkan di awal, apakah tahun baru masih layak dirayakan? Kalau kasusnya seperti itu, seharusnya malam tahun baru digunakan untuk bermuhasabah atau instropeksi diri. Instropeksi, apakah hidup kita selama setahun kemarin sudah bermanfaat atau belum. Apakah hanya sekedar mengejar prestasi untuk diri sendiri dan mengabaikan orang lain.

Sesungguhnya sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi sesamanya.

Begitulah sabda Nabi SAW. Kadar emas diukur berdasarkan karatnya, kadar manusia diukur berdasarkan manfaatnya. Tanyakan pada diri kita, apakah setahun kemarin kita sudah benar-benar bermanfaat bagi sesama. Ada 5 tipe manusia, yaitu manusia wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Termasuk manakah kita?

  1. Manusia wajib
    Manusia wajib ditandai jikalau keberadaannya sangat dirindukan, sangat bermafaat, perilakunya membuat hati orang di sekitarnya tercuri. Tanda-tanda yang nampak dari seorang manusia wajib, diantaranya dia seorang pemalu, jarang mengganggu orang lain sehingga orang lain merasa aman darinya. Perilaku kesehariannya lebih banyak kebaikannya. Ucapannya senantiasa terpelihara, ia hemat betul kata-katanya, sehingga lebih banyak berbuat daripada berbicara. Sedikit kesalahannya, tidak suka mencampuri yang bukan urusannya, dan sangat nikmat kalau berbuat kebaikan. Hari-harinya tidak lepas dari menjaga silaturahmi, sikapnya penuh wibawa, penyabar, selalu berterima kasih, penyantun, lemah lembut, bisa menahan dan mengendalikan diri, serta penuh kasih sayang.
  2. Manusia sunah
    Orang yang sunah, keberadaannya bermanfaat, tetapi kalau pun tidak ada tidak yang tercuri dari hati kita. Tidak ada rongga kosong akibat rasa kehilangan. Hal ini terjadi mungkin karena kedalaman dan ketulusan amalnya belum dari lubuk hati yang paling dalam. Karena hati akan tersentuh oleh hati lagi. Seperti halnya kalau kita berjumpa dengan orang yang berhati tulus, perilakunya benar-benar akan meresap masuk ke rongga qolbu siapapun.
  3. Manusia mubah
    Orang yang mubah, ada atau tidak ada, keduanya tidak berpengaruh. Di kantor kerja atau bolos sama saja. Seorang pemuda yang ketika ada di rumah keadaan menjadi berantakan, dan kalau tidak adapun tetap berantakan. Inilah pemuda yang mubah. Ada dan tiadanya tidak membawa manfaat, tidak juga membawa mudharat.
  4. Manusia makruh
    Adapun orang yang makruh, keberadannya justru membawa mudharat. Kalau dia tidak ada, tidak berpengaruh. Artinya kalau dia datang ke suatu tempat maka orang merasa bosan atau tidak senang. Misalnya, ada seorang ayah sebelum pulang dari kantor suasana rumah sangat tenang, tetapi ketika klakson dibunyikan tanda sang ayah sudah datang, anak-anak malah lari ke tetangga, ibu cemas, dan pembantu pun sangat gelisah. Inilah seorang ayah yang keberadaannya menimbulkan masalah.
  5. Manusia haram
    Lain lagi dengan orang bertipe haram, keberadaannya malah dianggap menjadi musibah, sedangkan ketiadaannya justru disyukuri. Jika dia pergi ke kantor, perlengkapan kantor pada hilang, maka ketika orang ini dipecat semua karyawan yang ada malah mensyukurinya.

Marilah kita merenung sejenak, setahun kemarin, lebih ke arah mana pribadi kita. Apakah keluarga kita merindukan kehadiran kita? Apakah teman-teman di kampus, rekan kerja di kantor dan di masyarakat benar-benar mencintai kita? Cuma diri kita yang bisa menjawabnya.

Selamat bertahun baru 2013. Semoga di tahun yang akan datang, kita bisa menjadi lebih baik, lebih bermanfaat dan menjadi manusia wajib dimanapun kita berada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *