Wajah Asli Kapitalisme

Kapitalisme, dulu selalu menggunakan slogan kemajuan, pertumbuhan, kemakmuran, dan kebebasan. Namun sekarang kapitalisme telah menampakkan wajah aslinya. Ia lebih identik dengan krisis, ketamakan, korupsi, dan penjajahan. Masihkah anda percaya kapitalisme?

Krisis, dalam sistem kapitalisme merupakan siklus yang selalu berulang. Semakin lama semakin cepat. Suatu krisis dengan krisis berikutnya, semakin pendek periode waktunya.

1998, terjadi krisis ekonomi di Asia yang berubah menjadi krisis multidimensi di Indonesia. 2008, USA diserang krisis ekonomi yang kita kenal dengan nama Credit Crunch. Belum pulih ekonomi USA dan dunia, Eropa terserang krisis ekonomi utang pada tahun 2011.

Di USA saja, akibat krisis ekonomi yang berkelanjutan, memunculkan gerakan Occupy Wall Street. Mereka berdemonstrasi di New York pada September 2011 memprotes ketimpangan sosial dan ekonomi, pengangguran yang tinggi, keserakahan, korupsi, dan dominasi korporasi. Mereka menggugat kapitalisme yang menguntungkan sekelompok orang saja dan menelantarkan 99% masyarakat.

Kenapa?

Karena, yang pertama adalah struktur masyarakat yang kapitalistik (golongan orang super kaya, kelas menengah, masyarakat miskin). Kedua karena kekeliruan mereka dalam memandang persoalan ekonomi. Itulah yang membuat kenapa sistem kapitalistik tidak mampu menyelesaikan persoalan ekonomi dengan tepat.

Piramida Kapitalisme
Piramida Kapitalisme

Kedua, uang dijadikan komoditas untuk mendapatkan keuntungan secara ribawi.Dalam masyarakat kapitalis terdapat sekelompok orang yang merupakan orang-orang super kaya dan mereka menempati puncak piramida. Namun ada juga kelompok masyarakat miskin yang bahkan miskin absolut, yakni tidak memiliki akses terhadap kebutuhan pokok. Orang miskin ini menempati posisi di dasar piramida. Di bagian tengah adalah kelas menengah. Merekalah penopang bangungan ekonomi suatu negara yang sebenarnya.

Bagaimana mereka bisa menjadi super kaya?

Pertama, mereka menguasai sumber daya alam, menguasai sektor publik, dan menguasai media mainstream. Dalam sistem masyarakat kapitalistik, kebebasan individu adalah sesuatu yang sangat mereka agungkan. Salah satu dari kebebasan tersebut adalah kebebasan memiliki harta. Kapitalisme tidak membatasi jumlah harta yang boleh dimiliki oleh individu dan tidak membatasi cara untuk mendapatkan harta tersebut. Termasuk dalam masalah kepemilikan umum. Individu dalam sistem kapitalisme boleh menguasai kekayaan alam, seperti barang tambang, energi, air, hutan, dan sebagainya. Diizinkannya kepemilikan atas kekayaan sumber daya alam inilah yang membuat mereka super kaya. Lihatlah saja, siapa pemilik Total, Freeport, Chevron, Shell, ExxonMobil, Danone, bahkan di Indonesia sendiri ada Bakri & Brothers, Medco E&P, Djarum, dan sebagainya.

Ketiga, kelompok kapitalisme didukung oleh negara Barat untuk menjajah negara lain secara politis, ekonomi, budaya, bahkan militer, untuk menguasai bahkan mengeruk kekayaaan alamnya. Inilah sekelompok manusia yang paling tamak dalam sejarah keberadaan manusia di dunia.

Karena kekayaan alam dikuasai oleh para pemilik modal atau oleh para kapitalis maka negara tidak memiliki dana yang cukup untuk menyelesaikan berbagai persoalan kemiskinan di masyarakat. Karena itulah muncul ide pajak. Pajak diambil dari orang-orang kaya yang kemudian diberikan kepada orang-orang miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Persoalannya adalah kebutuhan negara semakin membesar sementara sumber pemasukannya adalah diambil dari pajak. Maka dari itulah muncul logika ekstensifikasi, dimana kemudian pajak itu diperbesar atau diekstensifikasi, sehingga siapapun akhirnya kena pajak. Orang kaya kena pajak, orang miskin pun kena pajak, semua masyarakat kena pajak. Ketika kita membeli makanan, minuman, pakaian, semua kena pajak.

Dari pajak yang dibayarkan seluruh anggota masyarakat kemudian mengalir ke kas negara,  menjadikan negara laksana danau uang raksasa. Lantas kepada siapa porsi terbesar dana pajak ini dibelanjakan? Jawabannya adalah kepada kelompok super kaya. Karena merekalah pemilik industri.

Ketika negara membutuhkan pesawat tempur untuk pertahanan negara. Negara tentunya akan membelanjakan uangnya ke industri pesawat militer yang dimiliki oleh para pemilik modal. Bahkan kebutuhan kertas untuk kegiatan administrasi negara saja, tentunya negara tidak akan membeli kertas dari toko kertas di pinggir jalan. Negara tentu saja akan membeli dari industri kertas yang dimiliki oleh kelompok super kaya para kapitalis. Porsi untuk orang miskin? Paling kecil. Sebatas jaring pengaman sosial atau bantuan langsung tunai.

Lantas apa yang harus kita lakukan?

Tinggalkan kapitalisme! Karena kapitalisme dan islam berbeda dalam hal yang mendasar, yakni akidah. Akidah islam mewajibkan manusia terikat dalam hukum-hukum Alloh SWT. Sementara kapitalisme dengan demokrasinya dalam mengatur urusan masyarakat tidak boleh dengan aturan agama, melainkan dengan aturan buatan manusia.

Perbedaan diameteral lainnya, kapitalisme menstandarkan amal perbuatan dengan asas manfaat. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila ia memberikan manfaat, dan suatu perbuatan dikatakan buruk apabila ia tidak memberikan manfaat. Sementara islam, menstandarkan amal perbuatan dengan halal dan haram. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila ia halal, dan suatu perbuatan dikatakan buruk apabila ia haram.

Melihat suatu perbedaan yang sangat diameteral dan mendasar antara kapitalisme dan islam, bersediakah anda mengambil Islam sebagai jalan hidup?

0 thoughts on “Wajah Asli Kapitalisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *