welcome to sudan

Welcome to Sudan

Hari itu hari Senin, 26 Februari 2017 saya bertolak ke Khartoum, Sudan dari Cairo, Egypt. Selesai acara pamitan di kantor, pukul 1.00 pm saya berangkat menuju Cairo International Airport. Pesawat terbang Egypt Air membawa saya terbang pada pukul 04.00 pm waktu Cairo. Dijadwalkan saya tiba pukul 07.00 pm waktu Khartoum. Perjalanan Cairo ke Khartoum ini sebenarnya cuma 2 jam. Akhirnya saya pun tiba di negara baru. Welcome to Sudan.

Cairo bagi saya adalah kota yang menarik. Sebuah kota metropolitan yang ramai, penuh canda tawa, anak-anak muda yang suka hura-hura. Segalanya ada. Dari mulai Piramida peninggalan fir’aun yang sudah ada sejak 4000 tahun lalu, kemudian kuil dan monumen peninggalan Yunani Kuno pun banyak. Masjid-masjid peninggalan berbagai macam dinasti Islam tersebar di seluruh Cairo. Belum lagi peninggalan kolonialisme Prancis, Inggris, hingga waktu Mesir berbentuk kerajaan, semua ada. Hingga hari ini, Mesir modern, bioskop, mall, diskotik, hingga kapal-kapal penyedia belly dancer menjamur di Cairo. Sebuah koleksi lengkap dari mulai jaman kuno hingga modern. Dari peninggalan yang religius hingga yang bisa mendatangkan dosa.

Dan akhirnya tibalah waktunya saya meninggalkannya. Hix.. hix..

Khartoum adalah sebuah kota di Sudan yang berada di pertemuan 2 sungai Nile, yaitu Nile putih dan Nile biru. Nile putih dari Tanzania, Nile biru dari Egthiopia. Bagi yang belum tahu, boleh browsing sendiri disini. Di tengah pertemuan 2 sungai ini ada sebuah pulau namanya Pulau Tuti. Saya curiga, pulau ini dulu ditemukan oleh orang Indonesia bernama Tuti. Seperti halnya Amerigo Vespuci menemukan Amerika, atau bunga bangkai yang kemudian diberi nama Rafflesia Arnoldi karena ditemukan oleh Raffles.

Khartoum kalau boleh dibilang, seperti kota Klaten. Sebuah ibukota negara namun masih sangat sederhana. Mall terbesar hanya sebesar Galeria Mall di Yogya. Jaringan kereta api hanya sebatas untuk kereta barang. Jalanan pun kebanyakan masih berupa aspal. Bandaranya pun berada di tengah kota, macam bandara Adi Sucipto itu. Namun saat ini pemerintah Sudan pun sedang membangun bandara baru di luar Khartoum. Besok kalau lagi ada waktu saya ambil gambar bandara yang berada di tengah kota, plus pesawat yang mau landing dan hampir-hampir nyenggol gedung di sekitarnya.

Kalau boleh dibilang, Khartoum ini cukup nyaman untuk ditinggali. Kotanya sepi dan tidak begitu banyak kendaraan bermotor. Kalau ada macet pun cuma sebentar saja. Alasan macetnya pun sangat sepele, kadang ada orang berantem di tengah jalan karena mobilnya senggolan (sepertinya hal ini umum di semua negara Arab), atau ada gerobak keledai menyeberang jalan.

Begini sajalah dulu. Besok sambung lagi. Ini hari Kamis, dan besok libur. Saatnya baca manga. Ihik..

2 thoughts on “Welcome to Sudan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *