Negeri Tanpa Trotoar

Ada sebuah negeri, dimana semua rakyatnya hidup makmur. Semua orang memiliki kendaraannya masing-masing. Mulai dari mobil, sepeda motor, becak, otopet, sepatu roda, dokar, dan sebagainya. Semua orang sudah terlanjur kaya, sehingga kalau pergi kemana-mana ia tidak perlu berjalan kaki. Tinggal tarik tuas gas motor, atau bayar taksi. Bisa juga menggenjot sepeda (bagi yang punya).

Di negeri tersebut, trotoar tidak dibutuhkan. Karena tidak dibutuhkan maka jatah jalan yang seharusnya dibuat untuk para pejalan kaki disulap menjadi tempat parkir, pot tanaman, atau menjadi lahan perluasan jalan raya. Atau paling parah dibuat menjadi lapak kaki lima. Untuk berjualan bensin, tambal ban, angkringan, atau paling parah menjadi tempat pembuangan sampah bagi warga sekitar.

Pada suatu ketika ada orang dari kampung yang berkunjung ke negeri tersebut. Ia hendak mencari rumah kerabatnya yang tinggal di alamat X. Sudah lama ia tak bertemu kerabatnya tersebut dan ia hendak bersilaturahmi. Ia membawa uang sedikit dan hanya cukup untuk ongkos pulang kembali ke kampung. Akhirnya ia memilih berjalan kaki supaya menghemat biaya. Sebelumnya, kerabatnya itu sudah mengirimkan denah negeri tersebut kepadanya.

Orang kampung tersebut begitu heran. Disana ia tidak melihat orang berjalan kaki di pinggir jalan –kecuali di gang kampung. Ia bingung hendak menuju alamat yang dituju. Pernah ia bertanya pada seorang penjual kaki lima di pinggir jalan. Bahwa untuk menuju alamat tersebut ia perlu naik angkutan umum. Berjalan kaki pun bisa, namun ia harus berjibaku dengan asap knalpot angkutan dan bunyi klakson yang menderu –terutama di persimpangan jalan. Tidak ada pilihan lain, ia pun berjalan kaki. Tak ayal, truk gandeng menyabetnya ketika ia melintas di sebuah jalan lebar yang bernama ring road.

Inilah negeri tanpa trotoar. Negeri untuk mereka yang kaya. Untuk mereka yang memiliki kendaraan. Dan bagi yang tidak memiliki kendaraan, silakan naik angkutan umum atau mengompreng angkutan bak terbuka –jangan lupa pakai helmnya. Berjalan kaki pun boleh, tapi beresiko. Sewaktu-waktu kendaraan yang mengebut di jalan raya bisa saja menyerempet. Paling parah kehilangan nyawa dan yang paling ringan lecet kaki atau tangan. Yang paling ringan diantara yang paling ringan ialah menambah tumpukan karbon di dalam paru-paru.

Ada pula terdengar kabar bahwa ada sebuah negeri nun jauh disana, yang serba berkebalikan di negeri tanpa trotoar ini. Disana para pejalan kaki begitu dimanjakan. Disana, para pengendara mobil dan kendaraan bermesin lainnya lah yang harus mengalah. Ketika orang menyeberang jalan, kendaraan bermotor harus berhenti. Jika tidak, petugas keamanan akan menilangnya. Denda dan penjara telah menunggunya.

Ahh.. Aku merindukan tempat tersebut,
Mereka bilang itu di Eropa.

Tapi ku pikir rasanya tidak perlu jauh-jauh kesana,
Tinggal jalan-jalan saja ke pedesaan di kaki gunung, 
Disanalah negeri impian itu berada,
Meski kadang masih juga ada beberapa kendaraan yang lewat,
Tapi tidak separah di negeri tanpa trotoar tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *